E. Memelihara Anak Perkutut
Apabila telur yang dierami telah menetas,
perkutut betina menjadi tidak terlalu liar. Perkutut betina menjadi
lebih sering berada di sarang sarang untuk melindungi anaknya. Setiap
ada yang mendekatinya lalu diancam dengan patukan.
Seminggu setelah menetas, anak perkutut
sudah tumbuh besar. Sebagian besar tubuhnya sudah ditumbuhi bulu-bulu
jarum. Pada umur ini, anak perkutut belum aktif bergerak. Organ-organ
geraknya, sayap dan kaki, masih terlihat sangat lemah. Kakinya belum
mampu mengangkat tubuh dan sayapnya belum bisa dikepak-kepakkan.
Pada umur sekitar sepuluh hari, sebaiknya
dilakukan pemasangan cincin pada kaki anak perkutut. Pemasangan
dilakukan dengan cara memasukkan cincin pada tiga jari yang menghadap ke
depan, lalu didorong ke belakang hingga melewati jari yang menghadap ke
belakang. Setelah melewati jari yang menghadap ke belakang berarti
cincin telah terpasang pada kaki perkutut. Jika pemasangan cincin
terlambat, cincin akan susah terpasang karena kaki anak perkutut sudah
tumbuh besar dan kaku.
Setelah dipasangi cincin atau umur
sepuluh hari, anak perkutut bisa tetap dipercayakan ke induknya
sendiri sepanjang induknya tidak menelantarkan anak-anaknya
atau dititipkan ke puter untuk dibesarkan. Dengan dititipkannya
anak perkutut ke puter, induk perkutut dapat segera bertelur lagi.
Namun, jangan lupa untuk membuang bahan sarangnya dan mengganti bahan
sarang yang baru seminggu kemudian. Anak perkutut akan diasuh oleh puter
hingga mampu hidup sendiri.
Umur dua minggu bulu-bulu jarum mulai
mengembang dan anak perkutut mulai berusaha keluar dari sarang. Pada
umur ini, anak perkutut sering terlihat bertengger di tenggeran.
Gerakannya menjadi semakin aktif, terutama saat lapar. Kakinya mulai
bisa digunakan untuk melompat, sedangkan sayapnya mulai bisa dikepakkan.
Pada umur tiga minggu, anak perkutut
mulai sering mengepak-ngepakkan sayap. Bulu-bulunya pun semakin sempurna
menutup tubuh. Ketika lapar anak perkutut seumur ini akan mengejar
induknya untuk minta suap. Sarang semakin sering ditinggalkan.
Umur empat minggu anak perkutut mulai
bisa terbang meskipun belum sempurna. Selain bisa terbang, anak perkutut
juga mulai bisa makan sendiri. Anak perkutut yang telah berumur empat
minggu bisa dipisah dari induknya (disapih).
E Menjaga Kesehatan Induk
Sangkar, pakan, dan air minum yang selalu
terjaga kebersihannya sebenarnya sudah bisa menghindarkan perkutut dari
serangan penyakit. Meskipun demikian, adakalanya perkutut masih juga
terserang penyakit. Cadangan dan mencret merupakan contoh penyakit yang
kadang-kadang menyerang perkutut.
Perkutut yang terserang cacing
menampikkan gejala kurus dan ekor sering digerak-gerakkan (seakan-akan
berusaha membuang sesuatu dari kloaka). Kadang-kadang pada kotorannya
dijumpai cacing.
Cacing bisa dibasmi dengan obat cacing untuk burung seperti AscariStop
yang terbukti bisa membasmi berbagai jenis cacing pengganggu burung.
Obat ini diberikan dengan cara diminumkan ke rongga mulut. Pemberian
obat ini bisa diulang satu minggu kemudian selanjutnya pemberian obat
cacing diberikan setiap sebulan sekali.
2. Mencret
Kondisi fisik kotoran bisa digunakan
untuk mengetahui gangguan penyakit pencernaan. Perkutut yang sehat
mengeluarkan ko toran dengan kondisi padat lunak (adakalanya keluarnya
kotoran dibarengi dengan keluarnya cairan bening sehingga berkesan
seperti mencret, padahal tidak).
Mencret merupakan gangguan pencernaan
dengan tanda kotoran sangat lembek berwarna putih atau hijau. Mencret
biasanya diikuti dengan menurunnya vitalitas hidup: perkutut terlihat
lesu dan nafsu makan berkurang. Jika terlihat gejala seperti ini, air
minum perkutut bisa diberi obat BirdBlown. Obat ini akan memulihkan kesehatan perkutut jika mencret yang dideritanya belum parah.
Posting Komentar