Perlengkapan Sangkar dan Penempatannya
Perlengkapan yang harus ada di dalam
sangkar meliputi wadah pakan, wadah minum, tengggeran, wadah sarang
berikut bahan sarang, penampung kotoran, dan atap. Semua perlengkapan
ini harus ditata dengan benar supaya mudah dikelola.
1. Wadah pakan dan wadah minum
Wadah pakan dan wadah minum banyak dijual
di pasar burung. Wadah ini dijual dalam berbagai ukuran dan umumnya
terbuat dari plastik. Untuk perkutut, dipilih wadah yang berdiameter
sekitar 6 cm dan kedalaman juga 6 cm.
Wadah pakan dan wadah minum ini
diletakkan di sebelah kanan atau kiri pintu bagian bawah, menempel pada
jeruji sangkar, Wadah pakan ditempaekan paling dekat dengan pintu. Kedua
wadah ini
diusahakan tidak saling berimpitan,
diberi jarak sekitar 5 cm. Snpaya tidak bergeser atau terbalik, wadah
ini bisa dikaitkan pada jeruji sangkar dengan menggunakan lidi atau
kawat. Supaya pakan atau air minum tidak kemasukan air hujan, dinding
sangkar tempat wadah pakan dan wadah minum menempel ditutup dengan
plastik bening yang tebal.
2. Tenggeran
Tenggeran diperlukan sebagai tempat
beristirahat. Akan lebih baik jika tenggeran ini terbuat dari ranting
kayu asam. Jika sulit mendapatkan ranting asam, kayu bangunan juga bisa
dimanfaatkan. Ranting untuk tenggeran sebaiknya dipilih yang lurus
dengan diameter sekitar 2,5 cm. Ranting ini tidak perlu dibuang
kulitnya. Kulit ranting yang kasar membuat perkutut tidak mudah
terpeleset, terutama saat kawin.
Satu sangkar diberi dua tenggeran. Kedua
tenggeran ini diletakkan sejajar. Satu diletakkan di bawah, kira-kira
setinggi sepertiga tinggi sangkar. Satunya lagi di atasnya, kira-kira
setinggi dua pertiga tinggi sangkar. Tenggeran yang di sebelah atas
letaknya didekatkan ke dinding belakang sangkar, kira-kira 15 cm dari
dinding belakang. Peletakan tenggeran dibuat seperti ini agar perkutut
tetap bisa mengepakkan sayap tanpa membentur tenggeran di atasnya.
3. Wadah dan bahan sarang
Wadah sarang untuk perkutut banyak dijual
di pasar burung. Wadah ini juga bisa dibuat sendiri. Bahannya bisa dari
plastik bekas kemasan sabun atau bahan lainnya asal mempunyai ruangan
cekung untuk bahan sarang. Wadah sarang ini ditempatkan sejajar dengan
tenggeran atas, berdekatan dengan pintu atas, pada sudut sangkar, dan
tidak berada di atas wadah pakan dan wadah minum.
Wadah ini selanjutnya diisi bahan sarang.
Bahan sarang berupa daun cemara atau rerumputan yang telah kering.
Bahan sarang ini sebelumnya dibentuk menjadi semacam cekungan, sesuai
dengan wadahnya, dengan cara ditekantekan. Selanjutnya, bahan ini
dimasukkan ke dalam wadah jika pasangan perkutut di dalam sangkar
telah melakukan perkawinan.
Dinding sangkar yang berdekatan dengan
sarang ditutup dengan bahan yang tidak tembus air dan berwarna gelap.
Penutupan sebagian dinding sangkar ini supaya sarang tidak basah oleh
hujan dan tidak tekena sinar matahari.
4. Penampung kotoran
Penampung kotoran bisa terbuat dari
tripleks atau lembaran seng. Perlengkapan ini dipasang di bagian bawah
sangkar. Pemasangan diatur supaya bisa dengan mudah dilepas dari
sangkar.
Penampung kotoran berfungsi menampung
kotoran perkutut dan pakan yang berhamburan. Adanya perlengkapan ini
membuat ruang di bawah sangkar tetap bersih sehingga bisa digunakan
untuk keperluan lain tanpa khawatir kejatuhan kotoran perkutut.
5. Atap
Meskipun telah tertutup jeruji, sisi atas
sangkar perlu ditutup lagi dengan bahan yang tidak tembus air dan
cahaya. Bahan yang digunakan dipilih yang tidak menyerap dan menghantar
panas terlalu tinggi. Jangan menggunakan seng karena bahan ini sangat
mudah menyerap dan menghantarkan panas dari matahari. Panas berlebihan
yang diserap dan dihantarkan oleh atap ke dalam sangkar sangat
mengganggu kenyamanan perkutut. Panas yang berlebihan juga bisa
menyebabkan telur tidak bisa menetas.
Contoh bahan yang baik untuk atap sangkar
ialah tripleks dan kardus bekas. Kedua bahan ini bisa digunakan
bersamaan. Mulanya bagian atas sangkar ditutup tripleks, lalu di atasnya
diberi kardus bekas yang tebal. Karena kedua bahan ini bisa hancur oleh
air hujan, di atasnya perlu ditutup lagi dengan plastik yang agak
tebal. Dengan atap seperti ini suasana di dalam sangkar tidak terlalu
panas jika matahari bersinar kuat dan tidak kemasukan air ketika hujan.
C. Penempatan Sangkar
Sangkar untuk beternak perkutut
ditempatkan di dinding dengan cara dikaitkan atau diberi penyangga.
Dengan penempatan seperti ini, sangkar tidak akan bergoyang jika terkena
angin atau tersentuh, baik disengaja atau tidak. Sangkar yang sering
bergoyang, terutama dengan goncangan yang mengejutkan, akan membuat
perkutut merasa terganggu. Jika goncangan yang mengejutkan sering
terjadi pada saat perkutut sedang mengerami telur, kemungkinan telur
tidak menetas menjadi semakin besar.
Dinding tempat sangkar ditempelkan harus
tidak beratap dan dijangkau oleh sinar matahari. Kondisi seperti ini
memungkinkan sangkar selalu dihembus oleh udara segar dan dihangati oleh
sinar matahari. Perkutut memang menuntut adanya udara segar dan sinar
matahari yang menyinari langsung ke tubuhnya minimum dua jam sehari.
Tanpa sinar matahari perkembangbiakan perkutut tidak akan normal dan
sering terjadi gangguan pertumbuhan tulang serta menurunnya kualitas
suara.
Mengingat sinar matahari mutlak
diperlukan oleh perkutut maka akan sangat baik jika sangkar ditempel
pada dinding yang meng-hadap ke timur. Dengan penempatan seperti ini,
perkutut akan selalu mendapat sinar matahari pada pagi hingga tengah
hari. Meskipun demikian, dinding yang menghadap ke utara, selatan, dan
barat tetap bisa digunakan untuk menempel sangkar sepanjang sinar
matahari masih bisa menjangkaunya.
Penempatan sangkar sebaiknya tidak
terlalu tinggi, sebatas masih bisa dijangkau tangan tanpa menggunakan
pijakan. Sangkar yang ditempel pada dinding yang terlalu tinggi akan
merepotkan dalam pengelolaannya. Jika hanya satu, mungkin tidak terlalu
menjadi ma-salah. Namun, jika jumlah sangkarnya banyak, akan sangat
melelahkan dalam mengurusnya.
Jika jumlah sangkar lebih dari satu,
penempatannya bisa secara bersusun. Susunan sangkar sebaiknya tidak
lebih dari tiga. Sangkar paling bawah minimum berjarak 100 cm dari tanah
agar pada saat hujan percikan air dari tanah tidak masuk ke dalam
sangkar. Sisi kiri dan kanan sangkar sebaiknya diberi jarak, minimal
selebar sangkar, agar pasangan perkutut dalam satu sangkar tidak
diganggu atau mengganggu pasangan lain dalam sangkar di sebelahnya.
+ komentar + 1 komentar
mampir bos.. baca2 sambil ngopi...
Posting Komentar