Menjodohkan Perkutut
Apabila
sepasang perkutut telah berjodoh dan bertelur, selanjutnya hampir tidak
ada lagi hambatan dalam perkembang-biakannya. Hambatan yang paling
sering dialami oleh peternak, terutama pemula, justru terjadi pada rahap
awal, yaitu pasangan perkutut tidak mau kawin alias tidak jodoh. Jika
terjadi hal seperti ini, bagaimana cara mengatasinya. Uraian berikut
yang akan menjawabnya.
A. Membeli Pasangan yang Telah Jodoh
Banyak peternak perkutut yang mencampur
beberapa anakan perkutut dalam satu sangkar sebelum burung-burung
tersebut dijual. Setelah berumur enam bulan atau lebih, anak perkutut
ini mulai menampakkan tanda-tanda dewasa kelamin. Perkutut jantan mulai
mencari pasangan dengan mengeluarkan bunyi sambil mengangguk-anggukkan
kepala. Betina yang tertarik akan mendekat. Keduanya lalu saling
mendekatkan kepala. Perkutut jantan lalu membuka paruh untuk memberi
makanan kepada perkutut betina.
Untuk peternak pemula, bisa memanfaatkan
tanda-tanda seperti ini dalam memilih pasangan perkutut. Jika ada
sepasang perkutut telah menampakkan tanda-tanda seperti ini, berarti
keduanya telah jodoh dan siap berkembang biak. Jika berniat membelinya,
segera saja perkutut yang menampakkan tanda-tanda seperti ini disemprot
dengan air hingga basah, lalu ditangkap. Jika tidak ditandai dengan air,
akan sangat membingungkan dalam menangkapnya. Setelah berjodoh, segera
pasangan tersebut dimasukkan ke sangkar perkembangbiakan. Selama
beberapa hari pasangan burung ini akan beradaptasi dengan tempat yang
baru. Setelah beradaptasi, pasangan ini akan menampakkan tanda-tanda
awal perkembangbiakan.
Biasanya peternak perkutut yang menjual
hasil ternakannya juga menyediakan pasangan perkutut yang sudah jodoh.
Bisa saja kita membeli pasangan perkutut seperti ini dari peternak.
Pasangan seperti ini bisa langsung dimasukkan ke sangkar
perkembangbiakan.
Bagi peternak pemula, membeli pasangan
yang sudah jodoh memang sangat menguntungkan. Tak perlu lagi repot-repot
menjodohkan perkutut. Pasangan yang sudah jodoh bisa langsung
dimasukkan ke dalam sangkar perkembangbiakan.
Cara memilih pasangan yang sudah berjodoh
seperti di atas juga memiliki kekurangan. Peternak tidak bisa
bereksperimen menjodohkan perkutut sesuai dengan keinginannya.
Penjodohan semata-mata tergantung pada perkutut tersebut dalam memilih
pasangan. Dengan demikian, kualitas suara keturunannya juga semakin
tidak bisa diprediksi. .Namun, bagaimanapun juga cara ini bisa dicoba
oleh pemula. Dalam beternak perkutut, tidak mungkin seorang peternak
pemula bisa langsung mencetak burung berkualitas tanpa harus belajar
terlebih dahulu. Inilah bagian dari proses belajar itu.
B. Menjodohkan Sepasang Perkutut
Adakalanya sepasang perkutut langsung
kawin ketika disatukan dalam satu sangkar. Namun, tidak jarang pula
sepasang perkutut yang telah lama dijodohkan tidak mau lekas kawin.
Bahkan, sepasang perkutut yang kelihatannya saling tertarik ketika
dicampur malah berkelahi.
Ketidakcocokan pasangan perkutut umumnya
ditandai dengan betina yang tidak mau menerima pejantan. Perkutut betina
selalu menghindar ketika didekati pejantan. Akibatnya, perkutut jantan
selalu mengejarnya. Tidak jarang betina yang tidak mau menerima pejantan
selalu dikejar-kejar dan dipatuki. Jika terus dibiarkan, perkutut
betina akan mengalami luka, bahkan mati.
Hal seperti di atas hanya merupakan
gambaran bahwa menjodohkan perkutut kadang-kadang tidak semudah atau
mungkin juga tidak sesulit yang kita bayangkan. Seberapa mudah atau
sulitnya menjodohkan perkutut ada baiknya jika dicoba terlebih dahulu.
1. Menjodohkan satu jantan dengan satu betina
Apabila ingin mengawali beternak
hanya dengan sepasang perkutut, cara ini bisa dipilih. Cara
penjodohan yang satu ini juga
memungkinkan peternak melakukan
eksperimen untuk menghasilkan anak-anak perkutut yang berkualitas dengan
cara menjodohkan induk-induk yang berkualitas.
Untuk menjodohkan seekor perkutut jantan
dan betina, langkah pertama tentunya membeli calon induk jantan dan
betina. Ada baiknya jika keduanya dibeli tidak dari peternak yang sama.
Jika dibeli dari peternak yang sama, ada kemungkinan akan terjadi
perkawinan antarsaudara.
Sebaiknya dipilih perkutut yang masih
muda, umurnya tidak lebih dari tiga bulan. Sepasang perkutut yang masih
muda ini selanjutnya dimasukkan dalam sangkar yang berbeda. Sangkarnya
cukup dilengkapi dengan tenggeran, wadah pakan, wadah minum, dan
penampung kotoran. Kedua sangkarnya setiap hari harus saling didekatkan,
baik ketika sedang dijemur atau sudah ditempatkan di tempat teduh,
supaya kedua perkutut bisa saling melihat.
Selama kurang lebih tiga bulan, kedua
burung akan saling berinteraksi. Jika perkutut jantan berbunyi, perkutut
betina akan menyahutnya. Selanjutnya, perkutut jantan akan berusaha
menarik perhatian betina dengan suara dan anggukan kepala. Jika ada
reaksi— seakan-akan ingin keluar dari sangkar dan mendekati perkutut
jantan—dari perkutut betina, berarti ada kemajuan dalam penjodohan.
Pasangan yang sudah menampakkan perilaku
seperti itu bisa dicampur dalam satu sangkar. Beberapa saat setelah
dicampur pasangan ini harus dipantau. Jika keduanya tidak menampakkan
tanda-tanda saling bermusuhan, kemungkinan besar keduanya telah jodoh.
Perilaku seksual buriing jantan menjadi sangat jelas jika keduanya telah
jodoh. Percumbuan antara sepasang burung ini biasanya diakhiri dengan
perkawinan. Dalam sehari bisa terjadi perkawinan berulang-ulang.
Perilaku seksual perkutut mudah diamati ketika burung tersebut sedang
dijemur.
Jika ada tanda-tanda perkutut jantan
berusaha mengawini perkutut betina, keduanya bisa segera dipindah ke
sangkar perkembangbiakan. Sebelumnya sangkar perkembangbiakan harus
sudah diisi dengan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan.
Apabila setelah dicampur perkutut jantan
terlihat mematuki perkutut betina, keduanya harus segera dipisah.
Kemungkinan perkutut betina belum siap kawin atau pejantannya memang
galak. Jika terus disatukan, perkutut betina akan terluka, bahkan bisa
mati. Satu bulan kemudian, keduanya bisa disatukan lagi. Jika perkutut
jantan masih menyerangnya, berarti keduanya memang tidak jodoh. Kedua
perkutut ini harus dipasangkan dengan perkutut lain. Burung lain yang
akan dipasangkan dengan burung ini kalau jantan harus lebih muda dari
betina ini dan kalau betina harus lebih tua dari pejantan ini.
2. Satu jantan bebas memilih betina
Melakukan penjodohan dengan cara ini
berarri harus membeli seekor perkutut jantan dan beberapa—paling tidak
lebih dari dua— ekor betina. Burung-burung ini disatukan dalam sangkar
berukuran panjang kira-kira 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 50 cm.
Sangkar ini cukup dilengkapi dengan wadah pakan, wadah minum, tenggeran,
dan penampung kotoran. Di dalam sangkar ini perkutut jantan akan bebas
memilih betina.
Apabila semua perkutut yang dimasukkan ke
dalam sangkar ini telah dewasa kelamin, tidak lebih dari satu bulan
sudah terbentuk pasangan yang jodoh. Betina yang mau menerima pejantan
biasanya selalu berdekatan dengan pejantan tersebut. Keduanya lalu
saling bercumbu dan melakukan perkawinan. Jika terlihat tanda-tanda
seperti ini, pasangan tersebut segera saja diambil. Betina yang tidak
terpilih dibiarkan saja berada dalam sangkar tersebut untuk dicarikan
pejantan lain.
3. Beberapa jantan dan beberapa betina
Upaya menjodohkan perkutut juga bisa
dilakukan dengan mencampur beberapa pejantan dengan beberapa betina di
dalam satu sangkar. Jumlah jantan dan betina bisa sama atau bisa juga
tidak. Sangkar berukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 50 cm
yang dilengkapi dengan wadah pakan dan air minum, tenggeran, dan
penampung kotoran bisa digunakan untuk mencampur paling banyak delapan
ekor burung.
Pasangan yang telah jodoh dapat diketahui
melalui pengamatan terhadap perilaku burung-burung tersebut. Pasangan
yang telah jodoh segera dipindah ke sangkar perkembangbiakan. Perkutut
yang belum jodoh dibiarkan menghuni sangkar penjodohan hingga
menemukan pasangannya.
Cara penjodohan seperti ini tetap
memungkinkan adanya burung yang tidak mendapat pasangan. Burung yang
tidak mendapat pasangan bisa tetap dipelihara. Siapa tahu kelak bisa
digunakan untuk mengganti-ganti pasangan
Posting Komentar